Terpopuler Hari Ini

Saturday, 9 February 2013

Mateo Kovacic, Si Anak Emas Pewaris No. 10 FC Internazionale Milano



Siapa Mateo Kovacic? Seberapa besar perjudian FC Internazionale berani memboyongnya dengan banderol yang tak sedikit plus memberinya kepercayaan dengan mewariskan No. 10?
Keputusan FC Internazionale melepas duo aset berharga mereka, Philippe Coutinho ke Liverpool dan Wesley Sneijder ke Galatasaray, sedikit banyak sempat menuai protes dari para Interisti. Akan tetapi dengan menguangkan dua pemain penting klub itu, Inter lalu menebusnya dengan menghadirkan nama-nama macam Zdravko Kuzmanovic, Ezequiel Schelotto, sampai Mateo Kovacic. Untuk dua nama pertama, mereka sudah malang melintang di level teratas, di mana Kuzmanovic sebelumnya membela tim Bundesliga Jerman, Stuttgart, sementara Schelotto bernaung di bawah bendera Atalanta. 
Yang menarik dan perlu mendapat sorotan tentu satu nama terakhir dari tiga pemain baru di atas. Siapa lagi kalau bukan Kovacic. Siapa itu Kovacic? Sepertinya memang tak banyak publik sepakbola mengenal sosok satu ini. Apalagi, dia hanya bermain di klub sekelas Dinamo Zagreb, yang notabene bermukim bukan di liga terbaik dunia. Dengan berani, Inter pun menebus remaja 18 tahun ini sebesar €11 juta. Itu belum kesepakatan bonus apabila Inter lolos ke Liga Champions musim depan, di mana angka tersebut bisa meningkat lagi. Nominal yang cukup mencengangkan tentunya. Itu baru banderol, soal nomor jersey yang bakal dikenakan dia, siapa yang menyangka jika rupanya Inter memercayakan penuh kepada si youngster dengan mewariskan jersey No. 10, nomor keramat yang dulu melekat di punggung sang legenda klub Roberto Baggio dan terakhir dikenakan pemain sekaliber Sneijder, pada Kovacic.
Untuk pemain yang nyata-nyata masih seumur jagung dan belum terbukti kualitasnya di level top, tentu meninggalkan tanda tanya besar: kebijakan transfer macam apa ini dan efektifkah keputusan Nerazzurri berinvestasi padanya? Apakah ini sebuah langkah instan dengan menjadikan Kovacic sebagai suksesor Sneijder atau Coutinho demi menggapai target finis di posisi keempat? Lalu kenapa mesti jersey nomor 10?
Bila memang dia potensial, boleh jadi ini adalah salah satu bisnis pembelian pemain muda terbaik yang pernah dilakukan sang presiden Massimo Moratti selama dia di Giuseppe Meazza. Bukan tanpa alasan, keberanian Inter membayar dengan mahar yang tidak sedikit plus kepercayaan nomor keramat 10 pada pemain muda sekelas Kovacic bisa saja menyuguhkan satu risiko yang tak terduga, atau mungkin bisa sebaliknya.
Terlepas dari itu, sang gelandang serang boleh jadi akan menyegarkan skuat Inter. Kovacic dikenal dengan gaya permainan cepatnya, gesit saat men-dribble, tenang saat menguasai si kulit bundar, dan lihai dalam menggocek dan mengolah bola. Para Interisti sepertinya sudah bersiap-siap dipertontonkan aksi-aksi semacam itu, seperti yang sudah kerap ditunjukkan Kovacic ketika dia bernaung di Maksimir, markas Zagreb.
Sejak usia 13 tahun Kovacic sudah berada di klub tersebut, dan selama periode kanak-kanak hingga sekarang, silih berganti tim scout dari belahan Eropa tak henti-hentinya mengamati sang youngster. Namun semuanya ditolak Zagreb mentah-mentah sampai akhirnya Moratti datang mengetuk pintu. Dengan sekali lempar tawaran menggiurkan, Zagreb tak kuasa menolak proposal pinangan Nerazzurri, dan momen ini juga bisa jadi adalah batu loncatan bagi Kovacic untuk mengenal sepakbola di level teratas, terlebih yang datang menjemput adalah tim sekelas La Beneamata. Sekadar informasi, Zagreb memang dikenal pencetak bakat-bakat hebat Kroasia. Siapa yang tak kenal pemain macam Eduardo, Vedran Corluka, Mario Mandzukic sampai Luka Modric? Mereka semua alumnnus akademi Zagreb.
Di Kroasia Kovacic memang digadang-gadang sebagai salah satu pemain paling berprospek. Kelihaiannya menggocek serta mengontrol bola menjadikan itu sebagai modal terbaik yang dimilikinya, namun Kovacic diyakini masih harus bersaing dengan pemain-pemain tipikal pengumpan pendek macam Esteban Cambiasso, Fredy Guarin hingga Javier Zanetti, yang mana mereka jauh lebih berpengalaman, dan boleh jadi kemampuan itu belum banyak dimiliki Kovacic.
Namun bagaimanapun itu, kapabilitas Kovacic sudah mendapatkan pengakuan setinggi langit dari legenda termasyhur Kroasia dan AC Milan, Zvonimir Boban. Menurut Boban, tak perlu lagi meragukan kualitas Kovacic, dan dia yakin si youngsterakan menjelma menjadi pemain hebat dunia. Lebih dari itu, Boban menilai ada sedikit darah Roberto Baggio di dalam diri Kovacic. "Pasti ada sedikit tanda-tanda Roberto Baggio di diri dia," ujarnya. Kovacic, masih menurut Baggio, adalah salah satu bibit muda terbaik Kroasia yang tak pernah mencuat sebelumnya. "Dia adalah salah satu pesepakbola terbaik yang pernah terlahir di antara para pemain-pemain Kroasia lainnya," tegasnya.
Kovacic juga tampaknya tidak perlu berlama-lama beraklimatisasi dengan taktik yang diterapkan Andrea Stramaccioni. Sistem yang digunakan sang pelatih sepertinya masuk dalam gaya permainan si youngster, di mana Strma secara reguler memainkan taktik 3-4-1-2 atau bertransformasi menjadi 3-5-2. Kovacic sendiri bisa bermain di banyak posisi, selain di posisi naturalnya sebagai trequartista, dia juga bisa berperan sebagai sayap, di kanan maupun kiri. Di awal kariernya, Kovacic memang dikenal kompeten memainkan peran sebagai sayap kiri, atau gelandang serang kiri. Dan dewasa ini dia bisa disebut lebih dari sekedar seorang gelandang serang, peran yang dimainkannya di Zagreb, menyusul penjualan playmaker andalan sebelumnya, Milan Badelj. Di sinilah kemudian Kovacic unjuk kebolehan dengan membuktikan diri, dan terbilang berhasil.
Meski tak banyak mencetak gol sepanjang kariernya bersama Zagreb, namun dia bisa menjadi penghubung terbaik antara lini tengah dengan lini depan, di mana dia bisa merangsek ke box lawan dengan keandalannya menggocek bola, atau mendistribusikan bola buat para penyerang, sebelum dia pun ikut memberi kontribusi dalam skema mengepung lawan.
Ditransfer dengan fulus yang cukup besar ditambah kepercayaan klub memberinya nomor punggung 10 sudah barang tentu memunculkan satu ekspektasi besar di pundak Kovacic. Namun, dengan usianya yang masih muda, potensial, dan dipandang memiliki prospek yang cerah, Kovacic hanya perlu tampil konsisten, dan tinggal menghitung hari untuk menjadi idola baru Internazionale.
Selamat berjuang Kovacic! 
Ini seperti mimpi bagi saya, dan tak bisa menggambarkan bagaimana perasaan saya. Saya merasa sangat senang berada di sini, karena Inter merupakan klub hebat, dan saya ingin melakukan yang terbaik. Mateo Kovacic



Oleh :
Faisal Ahmad Fani - Universitas Airlangga

No comments:

Post a Comment