Siapa Mateo Kovacic?
Seberapa besar perjudian FC Internazionale berani memboyongnya dengan banderol
yang tak sedikit plus memberinya kepercayaan dengan mewariskan No. 10?
Keputusan FC Internazionale melepas duo aset
berharga mereka, Philippe Coutinho ke Liverpool dan Wesley Sneijder ke
Galatasaray, sedikit banyak sempat menuai protes dari para Interisti. Akan
tetapi dengan menguangkan dua pemain penting klub itu, Inter lalu menebusnya
dengan menghadirkan nama-nama macam Zdravko Kuzmanovic, Ezequiel Schelotto,
sampai Mateo Kovacic. Untuk dua nama pertama, mereka sudah malang melintang di
level teratas, di mana Kuzmanovic sebelumnya membela tim Bundesliga Jerman,
Stuttgart, sementara Schelotto bernaung di bawah bendera Atalanta.
Yang menarik dan perlu mendapat sorotan tentu
satu nama terakhir dari tiga pemain baru di atas. Siapa lagi kalau bukan
Kovacic. Siapa itu Kovacic? Sepertinya memang tak banyak publik sepakbola
mengenal sosok satu ini. Apalagi, dia hanya bermain di klub sekelas Dinamo
Zagreb, yang notabene bermukim bukan di liga terbaik dunia. Dengan berani,
Inter pun menebus remaja 18 tahun ini sebesar €11 juta. Itu belum kesepakatan
bonus apabila Inter lolos ke Liga Champions musim depan, di mana angka tersebut
bisa meningkat lagi. Nominal yang cukup mencengangkan tentunya. Itu baru
banderol, soal nomor jersey yang bakal dikenakan dia, siapa yang menyangka jika
rupanya Inter memercayakan penuh kepada si youngster dengan mewariskan jersey No. 10,
nomor keramat yang dulu melekat di punggung sang legenda klub Roberto Baggio
dan terakhir dikenakan pemain sekaliber Sneijder, pada Kovacic.
Untuk pemain yang nyata-nyata masih seumur
jagung dan belum terbukti kualitasnya di level top, tentu meninggalkan tanda
tanya besar: kebijakan transfer macam apa ini dan efektifkah keputusan Nerazzurri berinvestasi padanya? Apakah ini
sebuah langkah instan dengan menjadikan Kovacic sebagai suksesor Sneijder atau
Coutinho demi menggapai target finis di posisi keempat? Lalu kenapa mesti
jersey nomor 10?
Bila memang dia potensial, boleh jadi ini adalah salah
satu bisnis pembelian pemain muda terbaik yang pernah dilakukan sang presiden
Massimo Moratti selama dia di Giuseppe Meazza. Bukan tanpa alasan, keberanian
Inter membayar dengan mahar yang tidak sedikit plus kepercayaan nomor keramat
10 pada pemain muda sekelas Kovacic bisa saja menyuguhkan satu risiko yang tak
terduga, atau mungkin bisa sebaliknya.
Terlepas dari itu, sang gelandang serang boleh jadi
akan menyegarkan skuat Inter. Kovacic dikenal dengan gaya permainan cepatnya,
gesit saat men-dribble, tenang saat menguasai si kulit bundar, dan lihai
dalam menggocek dan mengolah bola. Para Interisti sepertinya sudah bersiap-siap
dipertontonkan aksi-aksi semacam itu, seperti yang sudah kerap ditunjukkan
Kovacic ketika dia bernaung di Maksimir, markas Zagreb.
Sejak usia 13 tahun Kovacic sudah berada di klub
tersebut, dan selama periode kanak-kanak hingga sekarang, silih berganti tim
scout dari belahan Eropa tak henti-hentinya mengamati sang youngster. Namun semuanya
ditolak Zagreb mentah-mentah sampai akhirnya Moratti datang mengetuk pintu.
Dengan sekali lempar tawaran menggiurkan, Zagreb tak kuasa menolak proposal
pinangan Nerazzurri, dan momen
ini juga bisa jadi adalah batu loncatan bagi Kovacic untuk mengenal sepakbola
di level teratas, terlebih yang datang menjemput adalah tim sekelas La
Beneamata. Sekadar informasi, Zagreb memang
dikenal pencetak bakat-bakat hebat Kroasia. Siapa yang tak kenal pemain macam
Eduardo, Vedran Corluka, Mario Mandzukic sampai Luka Modric? Mereka semua
alumnnus akademi Zagreb.
Di Kroasia Kovacic memang digadang-gadang sebagai
salah satu pemain paling berprospek. Kelihaiannya menggocek serta mengontrol
bola menjadikan itu sebagai modal terbaik yang dimilikinya, namun Kovacic
diyakini masih harus bersaing dengan pemain-pemain tipikal pengumpan pendek
macam Esteban Cambiasso, Fredy Guarin hingga Javier Zanetti, yang mana mereka
jauh lebih berpengalaman, dan boleh jadi kemampuan itu belum banyak dimiliki
Kovacic.
Namun bagaimanapun itu, kapabilitas Kovacic sudah
mendapatkan pengakuan setinggi langit dari legenda termasyhur Kroasia dan AC
Milan, Zvonimir Boban. Menurut Boban, tak perlu lagi meragukan kualitas
Kovacic, dan dia yakin si youngsterakan menjelma menjadi pemain hebat dunia. Lebih dari
itu, Boban menilai ada sedikit darah Roberto Baggio di dalam diri Kovacic.
"Pasti ada sedikit tanda-tanda Roberto Baggio di diri dia," ujarnya.
Kovacic, masih menurut Baggio, adalah salah satu bibit muda terbaik Kroasia
yang tak pernah mencuat sebelumnya. "Dia adalah salah satu pesepakbola terbaik
yang pernah terlahir di antara para pemain-pemain Kroasia lainnya,"
tegasnya.
Kovacic juga tampaknya tidak perlu berlama-lama
beraklimatisasi dengan taktik yang diterapkan Andrea Stramaccioni. Sistem yang
digunakan sang pelatih sepertinya masuk dalam gaya permainan si youngster, di mana Strma secara
reguler memainkan taktik 3-4-1-2 atau bertransformasi menjadi 3-5-2. Kovacic
sendiri bisa bermain di banyak posisi, selain di posisi naturalnya sebagai
trequartista, dia juga bisa berperan sebagai sayap, di kanan maupun kiri. Di
awal kariernya, Kovacic memang dikenal kompeten memainkan peran sebagai sayap
kiri, atau gelandang serang kiri. Dan dewasa ini dia bisa disebut lebih dari
sekedar seorang gelandang serang, peran yang dimainkannya di Zagreb, menyusul
penjualan playmaker andalan sebelumnya, Milan Badelj. Di sinilah kemudian
Kovacic unjuk kebolehan dengan membuktikan diri, dan terbilang berhasil.
Meski tak banyak mencetak gol sepanjang kariernya
bersama Zagreb, namun dia bisa menjadi penghubung terbaik antara lini tengah
dengan lini depan, di mana dia bisa merangsek ke box lawan dengan keandalannya
menggocek bola, atau mendistribusikan bola buat para penyerang, sebelum dia pun
ikut memberi kontribusi dalam skema mengepung lawan.
Ditransfer dengan fulus yang cukup besar ditambah
kepercayaan klub memberinya nomor punggung 10 sudah barang tentu memunculkan
satu ekspektasi besar di pundak Kovacic. Namun, dengan usianya yang masih muda,
potensial, dan dipandang memiliki prospek yang cerah, Kovacic hanya perlu
tampil konsisten, dan tinggal menghitung hari untuk menjadi idola baru
Internazionale.
Selamat berjuang Kovacic!
Ini
seperti mimpi bagi saya, dan tak bisa menggambarkan bagaimana perasaan saya.
Saya merasa sangat senang berada di sini, karena Inter merupakan klub hebat,
dan saya ingin melakukan yang terbaik. - Mateo Kovacic
Oleh :
Faisal Ahmad Fani - Universitas Airlangga
No comments:
Post a Comment