Terpopuler Hari Ini

Sunday 10 February 2013

Memaknai Kembali 4 Pilar Kebangsaan



Kali ini saya mencoba menuangkan ide mengenai 4 pilar kebangsaan, 4 pilar semakin mendominasi dengan semakin derasnya gelombang modernisasi yang semakin mereduksi semangat nasionalisme bangsa Indonesia dalam fantasi labirin demokrasi yang menurut saya masih banyak konflik vertikal maupun horizontal dalam masyarakat.
Terlebih dahulu saya mulai dari mengenal kata “Pilar”, pilar adalah tiang penguat / penyangga, dalam kamus besar bahasa indonesia pilar diartikan………… selanjutnya saya menghubungkan dengan 4 pilar kebangsaan, artinya ada empat tiang penguat / penyangga yang sama sama kuat, untuk menjaga keutuhan berkehidup kebangsaan Indonesia. Dapat saya simpulkan bahwa 4 pilar kebangsaan adalah 4 penyangga yang menjadi panutan dalam keutuhan bangsa indonesia.
Pancasila, Undang-Undang Dasar, Bhineka Tunggal Ika, NKRI itulah 4 pilar kebangsaan yang dikampanyekan untuk menumbuhkan kembali kesadaran cinta tanah air untuk seluruh rakyat Indonesia. Dalam perjalanannya 4 pilar kebangsaan yang saya rasa menjadi mantra ajaib dalam membina persatuan belum di jelaskan bagaimana sampai ia menjadi begitu ampuh sebagai jurus tanpa data fakta sejarah dan perjalanannya.
Namun jka mantra ini dihadapkan kembali pada Pembukaan UUD 1945 maka akan kita temui suatu rangkaian peristiwa sejarah sehingga membentuk tahapan filosofis NKRI.
Memaknai 4 alinea dalam Pembukaan UUD 1945, ini merupakan rangkuman sejarah Bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda 1928, hingga dibentuknya NKRI melalui pengesahan konstitusi UUD 1945 pada 18 Agustus 1945).
Alinea pertama mengutarakan tentang sikap Bangsa Indonesia yang tidak mau dijajah dan tidak akan pernah menjajah dalam bentuk apapun, kemerdekaan ialah hak segala bangsa, hal ini menjelaskan bahwa setiap Bangsa memiliki harkat dan martabat hidup yang setara.
Secara tersirat alinea pertama menceritakan komitmen “Bhineka Tunggal Ika”. Komitmen untuk bersatu menjadi sebuah cita-cita untuk Mengangkat Harkat dan martabat agar sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Alinea berikutnya menceritakan proses perjuangan dan pergerakan telah sampai pada saat yang berbahagia hingga mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan. secara tersirat menceritakan peristiwa 1 juni 1945 dimana Bangsa Indonesia Menetapkan Pancasila sebagai Dasar Indonesia.
Alinea ketiga, atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia pun menyatakan kemerdekaan.Ini sangat jelas menceritakan peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945.
Dan alinea terakhir menceritakan peristiwa setelah Bangsa Indonesia merdeka yaitu didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berkedaulatan rakyat berdasarkan pancasila dan diatur dalam suatu Undang-undang Dasar, dengan sangat jelas menceritakan peristiwa Pengesahan UUD 1945 dan Penetapan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
Rumusan tersebut membentuk kerangka filosofis NKRI yaitu Sumpah Pemuda sebagai komitmen Bhineka Tunggal Ika, Pancasila Dasar Indonesia Merdeka, Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan UUD 1945.
Ke-4 Pilar ini merupakan kandungan dari 4 peristiwa yaitu Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Penetapan Pancasila pada 1 Juni 1945, Proklamasi 17 Agustus 1945, dan pengesahan UUD 1945 pada 18 Agustus 1945, inilah kronologi terbentuknya NKRI.



Oleh :
Faisal Ahmad Fani - Universitas Airlangga

Saturday 9 February 2013

Mateo Kovacic, Si Anak Emas Pewaris No. 10 FC Internazionale Milano



Siapa Mateo Kovacic? Seberapa besar perjudian FC Internazionale berani memboyongnya dengan banderol yang tak sedikit plus memberinya kepercayaan dengan mewariskan No. 10?
Keputusan FC Internazionale melepas duo aset berharga mereka, Philippe Coutinho ke Liverpool dan Wesley Sneijder ke Galatasaray, sedikit banyak sempat menuai protes dari para Interisti. Akan tetapi dengan menguangkan dua pemain penting klub itu, Inter lalu menebusnya dengan menghadirkan nama-nama macam Zdravko Kuzmanovic, Ezequiel Schelotto, sampai Mateo Kovacic. Untuk dua nama pertama, mereka sudah malang melintang di level teratas, di mana Kuzmanovic sebelumnya membela tim Bundesliga Jerman, Stuttgart, sementara Schelotto bernaung di bawah bendera Atalanta. 
Yang menarik dan perlu mendapat sorotan tentu satu nama terakhir dari tiga pemain baru di atas. Siapa lagi kalau bukan Kovacic. Siapa itu Kovacic? Sepertinya memang tak banyak publik sepakbola mengenal sosok satu ini. Apalagi, dia hanya bermain di klub sekelas Dinamo Zagreb, yang notabene bermukim bukan di liga terbaik dunia. Dengan berani, Inter pun menebus remaja 18 tahun ini sebesar €11 juta. Itu belum kesepakatan bonus apabila Inter lolos ke Liga Champions musim depan, di mana angka tersebut bisa meningkat lagi. Nominal yang cukup mencengangkan tentunya. Itu baru banderol, soal nomor jersey yang bakal dikenakan dia, siapa yang menyangka jika rupanya Inter memercayakan penuh kepada si youngster dengan mewariskan jersey No. 10, nomor keramat yang dulu melekat di punggung sang legenda klub Roberto Baggio dan terakhir dikenakan pemain sekaliber Sneijder, pada Kovacic.
Untuk pemain yang nyata-nyata masih seumur jagung dan belum terbukti kualitasnya di level top, tentu meninggalkan tanda tanya besar: kebijakan transfer macam apa ini dan efektifkah keputusan Nerazzurri berinvestasi padanya? Apakah ini sebuah langkah instan dengan menjadikan Kovacic sebagai suksesor Sneijder atau Coutinho demi menggapai target finis di posisi keempat? Lalu kenapa mesti jersey nomor 10?
Bila memang dia potensial, boleh jadi ini adalah salah satu bisnis pembelian pemain muda terbaik yang pernah dilakukan sang presiden Massimo Moratti selama dia di Giuseppe Meazza. Bukan tanpa alasan, keberanian Inter membayar dengan mahar yang tidak sedikit plus kepercayaan nomor keramat 10 pada pemain muda sekelas Kovacic bisa saja menyuguhkan satu risiko yang tak terduga, atau mungkin bisa sebaliknya.
Terlepas dari itu, sang gelandang serang boleh jadi akan menyegarkan skuat Inter. Kovacic dikenal dengan gaya permainan cepatnya, gesit saat men-dribble, tenang saat menguasai si kulit bundar, dan lihai dalam menggocek dan mengolah bola. Para Interisti sepertinya sudah bersiap-siap dipertontonkan aksi-aksi semacam itu, seperti yang sudah kerap ditunjukkan Kovacic ketika dia bernaung di Maksimir, markas Zagreb.
Sejak usia 13 tahun Kovacic sudah berada di klub tersebut, dan selama periode kanak-kanak hingga sekarang, silih berganti tim scout dari belahan Eropa tak henti-hentinya mengamati sang youngster. Namun semuanya ditolak Zagreb mentah-mentah sampai akhirnya Moratti datang mengetuk pintu. Dengan sekali lempar tawaran menggiurkan, Zagreb tak kuasa menolak proposal pinangan Nerazzurri, dan momen ini juga bisa jadi adalah batu loncatan bagi Kovacic untuk mengenal sepakbola di level teratas, terlebih yang datang menjemput adalah tim sekelas La Beneamata. Sekadar informasi, Zagreb memang dikenal pencetak bakat-bakat hebat Kroasia. Siapa yang tak kenal pemain macam Eduardo, Vedran Corluka, Mario Mandzukic sampai Luka Modric? Mereka semua alumnnus akademi Zagreb.
Di Kroasia Kovacic memang digadang-gadang sebagai salah satu pemain paling berprospek. Kelihaiannya menggocek serta mengontrol bola menjadikan itu sebagai modal terbaik yang dimilikinya, namun Kovacic diyakini masih harus bersaing dengan pemain-pemain tipikal pengumpan pendek macam Esteban Cambiasso, Fredy Guarin hingga Javier Zanetti, yang mana mereka jauh lebih berpengalaman, dan boleh jadi kemampuan itu belum banyak dimiliki Kovacic.
Namun bagaimanapun itu, kapabilitas Kovacic sudah mendapatkan pengakuan setinggi langit dari legenda termasyhur Kroasia dan AC Milan, Zvonimir Boban. Menurut Boban, tak perlu lagi meragukan kualitas Kovacic, dan dia yakin si youngsterakan menjelma menjadi pemain hebat dunia. Lebih dari itu, Boban menilai ada sedikit darah Roberto Baggio di dalam diri Kovacic. "Pasti ada sedikit tanda-tanda Roberto Baggio di diri dia," ujarnya. Kovacic, masih menurut Baggio, adalah salah satu bibit muda terbaik Kroasia yang tak pernah mencuat sebelumnya. "Dia adalah salah satu pesepakbola terbaik yang pernah terlahir di antara para pemain-pemain Kroasia lainnya," tegasnya.
Kovacic juga tampaknya tidak perlu berlama-lama beraklimatisasi dengan taktik yang diterapkan Andrea Stramaccioni. Sistem yang digunakan sang pelatih sepertinya masuk dalam gaya permainan si youngster, di mana Strma secara reguler memainkan taktik 3-4-1-2 atau bertransformasi menjadi 3-5-2. Kovacic sendiri bisa bermain di banyak posisi, selain di posisi naturalnya sebagai trequartista, dia juga bisa berperan sebagai sayap, di kanan maupun kiri. Di awal kariernya, Kovacic memang dikenal kompeten memainkan peran sebagai sayap kiri, atau gelandang serang kiri. Dan dewasa ini dia bisa disebut lebih dari sekedar seorang gelandang serang, peran yang dimainkannya di Zagreb, menyusul penjualan playmaker andalan sebelumnya, Milan Badelj. Di sinilah kemudian Kovacic unjuk kebolehan dengan membuktikan diri, dan terbilang berhasil.
Meski tak banyak mencetak gol sepanjang kariernya bersama Zagreb, namun dia bisa menjadi penghubung terbaik antara lini tengah dengan lini depan, di mana dia bisa merangsek ke box lawan dengan keandalannya menggocek bola, atau mendistribusikan bola buat para penyerang, sebelum dia pun ikut memberi kontribusi dalam skema mengepung lawan.
Ditransfer dengan fulus yang cukup besar ditambah kepercayaan klub memberinya nomor punggung 10 sudah barang tentu memunculkan satu ekspektasi besar di pundak Kovacic. Namun, dengan usianya yang masih muda, potensial, dan dipandang memiliki prospek yang cerah, Kovacic hanya perlu tampil konsisten, dan tinggal menghitung hari untuk menjadi idola baru Internazionale.
Selamat berjuang Kovacic! 
Ini seperti mimpi bagi saya, dan tak bisa menggambarkan bagaimana perasaan saya. Saya merasa sangat senang berada di sini, karena Inter merupakan klub hebat, dan saya ingin melakukan yang terbaik. Mateo Kovacic



Oleh :
Faisal Ahmad Fani - Universitas Airlangga

Friday 8 February 2013

Resensi Film Habibie & Ainun



Film yang dibintangi Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari  itu menceritakan mengenai perjalanan hidup Pak Habibie dan juga kisah cintanya dengan Ibu Ainun.
Setting awal dimulai ketika Habibie dan Ainun masih remaja, mereka memang bersekolah ditempat yang sama dan gurunya kala itu sempat bergurau dengan mengatakan kalau sebernarnya mereka berjodoh tapi Habibie menyangkalnya, ia malah mengatakan kalau Ainun itu hitam, jelek, gendut, seperti gula jawa.
Tahun demi tahun pun berlalu, Habibie yang berkuliah di Jerman terpaksa harus pulang ke Indonesia karena penyakit Tubercolosis yang dideritanya. Tapi dari situlah cerita cinta Habibie&Ainun berlanjut. Habibie akhirnya dipertemukan kembali dengan Ainun lewat kue yang harus diantarkannya ke rumah Ainun.
Ainun yang telah berubah menjadi gadis muda nan cantik pun, membuat Habibie jatuh hati. Karena kecantikannya banyak pria yang menaruh hati padanya. Dan kebanyakan pria yang menyukainya adalah pria yang berpangkat dan kaya, tapi Habibie sama sekali tidak minder. Dengan santainya ia datang ke rumah Ainun dengan menggunakan becak sedangkan para “pesaingnya” itu kebanyakan bermobil.
Hebatnya, Ainun sendiri tidak silau dengan itu semua, ia lebih memilih Habibie dan hidup bersama dengannya. Setelah menikah, mereka pergi ke Jerman. Disana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan berharap bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat sebuah pesawat anak bangsa seperti janji yang pernah diucapkan olehnya ketika sakit.
“Dinegeri orang dipuji, dinegeri sendiri dicaci”. Mungkin itu kalimat tepat yang menggambarkan kondisi Habibie saat itu. Habibie yang dihormati di Jerman, ternyata tidak dihormati dinegerinya sendiri. Mimpi Habibie untuk bisa membangun tanah air tempat ia dilahirkan, mengalami hambatan. Dengan terpaksa ia menerima semua itu dengan lapang dada dan bekerja di Industri Kereta Api di Jerman.
Sampai akhirnya, Habibie memiliki kesempatan untuk bisa mewujudkan mimpinya. Ia di beri kesempatan untuk membuat pesawat terbang dinegerinya sendiri. Setelah menjadi wakil dirut IPTN, kemudian ia diangkat menjadi menteri, kemudian menjadi wakil presiden dan akhirnya menjadi presiden menggantikan Soeharto yang lengser dari jabatannya.
Setiap kesuksesan pasti ada pengorbanan. Kesuksesan Habibie yang ingin mengabdikan diri pada negara, berdampak pada keluarganya. Ia tak lagi sempat menghabiskan waktu dengan keluarganya, bahkan untuk dirinya sendiri pun tidak. Tidur pun hanya 1 jam setiap harinya.
Ketika Habibie tak mencalonkan diri sebagai presiden di pemilu berikutnya, ia pun kembali ke Jerman bersama dengan Ainun. Disana mereka hidup lebih tenang dan damai. Tapi ketenangan dan kedamaian itu tak bertahan lama. Ainun yang divonis menderita kanker ovarium stadium 4, memaksanya harus dirawat di rumah sakit dan menjalankan operasi berkali-kali. Selama sakit, Habibie dengan setia merawat Ainun dan menjaganya sampai Ainun menutup mata untuk selama-lamanya.
Kurang lebih itulah sedikit ulasan mengenai film Habibie & Ainun. Film yang membuat presiden Susilo Bambang Yudhoyono menitikkan air mata ini, memang sukses pula membuatkan tak berhenti menangis walaupun film sudah berakhir.
Ada banyak sekali adegan yang membuatku terharu, diantaranya adalah ketika Habibie sama sekali tidak memiliki uang untuk pulang kerumahnya, dan harus berjalan ditengah badai salju dengan sepatu yang bolong sampai harus ditambal dengan kertas agar ia bisa berjalan kembali. Ainun yang melihat kaki Habibie yang terluka ketika sampai rumah, tak tega dan meminta Habibie untuk memulangkannya ke Indonesia agar bisa membantu biaya Habibie selama di Jerman.
Selain itu ada adegan dimana ketika Ainun yang sedang sakit parah tapi sempat menuliskan daftar obat yang harus diminum oleh Habibie, karena selama ini dialah yang menyiapkan obat untuknya. Dan masih banyak adegan-adegan haru yang lainnya yang terlalu panjang jika ditulis disini.
Ternyata setelah 2 minggu ditinggalkan Ibu Ainun, suatu hari ia memakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir memanggil. “Ainun..Ainun…”, ia mencari Ibu Ainun disetiap sudut rumah.
Para dokter yang melihat perkembangannya sepeninggalan Ibu Ainun, berpendapat. “Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini, kita para dokter harus tolong Habibie”.
Lalu berkumpullan dokter dari Jerman dan Indonesia, dan memberi Habibie 3 pilihan :
1. Opsi pertama, Ia harus dirawat dirumah sakit, diberi obat khusus sampai ia dapat mandiri meneruskan hidupnya. Artinya Habibie gila dan harus dirawat di rumah sakit.
2. Opsi kedua, Para dokter akan mengunjunginya dirumah dan harus berkonsultasi terus menerus dengan mereka dan ia harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya ia sudah gila dan harus diawasi terus menerus.
3. Opsi ketiga, Ia disuruh menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah ia bercerita dengan Ainun, seolah Ainun masih hidup.
Dan Habibie memilih opsi ketiga.
Ketika aku membaca artikel itu ditambah dengan menonton film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama. Rasa kagum dan haru langsung muncul dibenakku. Kagum dan haru atas ketulusan cinta yang diperlihatkan Pak Habibie kepada Ibu Ainun.
Ibu Ainun sendiri juga merupakan perempuan hebat. Dia menepati janjinya untuk selalu mendampingi Pak Habibie sampai akhir hidupnya, dikala susah maupun senang. Bahkan didetik-detik terakhir menjelang kepergiannya, ia tetap memikirkan Pak Habibie.
Overall, film ini memang layak dan very recommended untuk ditonton. Ada banyak pesan dan pelajaran yang dapat kita ambil. Nah, daripada kalian penasaran mending kalian cepat-cepat pergi ke bioskop dan segera menonton film yang baru saja diluncurkan pada bulan Desember lalu. Engga akan rugi deh!!
“Saya tidak bisa, saya tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang sempuran untukmu. tapi saya akan selalu mendampingimu, saya janji itu”. Ainun
“Setiap ujung terowongan pasti ada cahaya, dan saya janji akan membawamu ke cahaya itu”. Habibie 
“Mana bisa kamu memimpin 200 juta rakyat Indonesia, jika memimpin tubuhmu sendiri saja tidak bisa!” Ainun



Oleh :
Faisal Ahmad Fani - Universitas Airlangga

Thursday 7 February 2013

Amputasi Virus Korupsi agar Tidak Menyebar ke Seluruh Tubuh



Media massa saat ini begitu gencar memberitakan serta menayangkan terjadinya kasus-kasus korupsi, serta terus mengawal bagaimana penanganannya oleh para penegak hukum, dari pusat hingga ke daerah.
Karenanya, kita menjadi semakin tahu, ternyata kejahatan korupsi sekarang sudah sedemikian merebaknya sehingga mereka yang terjerat tidak hanya dari kalangan eksekutif, tetapi juga legislatif, bahkan ada pula dari mereka yang berposisi di wilayah yudikatif yang didalamnya termasuk penegak hukum­­ institusi yang seharusnya menjadi benteng andalan dalam memberantas korupsi.
Dari pemberitaan juga kita tahu, bahwa ada kelegaan ketika mereka yang didakwa sebagai koruptor  itu, setelah ditangani secara hukum,  mendapatkan hukuman yang setimpal.
Sebaliknya, isu korupsi sebagai kejahatan mungkin menjadi keprihatinan ketika kasusnya sendiri tidak banyak yang  diberantas secara nyata dan tuntas sehingga akhirnya hanya  menjadi berita yang menjemukan dan sangat menyakitkan rasa  keadilan masyarakat.
Belakangan ini, kasus di beberapa daerah tentang penanganan  dugaan korupsi yang melibatkan eksekutif dan legislatif, kerap tampil menyita perhatian publik karena yang didakwa adalah tokoh-tokoh yang populer  di tengah masyarakat.
Tentu publik ingin tahu seberapa jauh  proses peradilan menanganinya. Dalam konteks otonomi daerah, pemberantasan korupsi seharusnya  secara kompetitif menjadi kegiatan dari agenda aksi pengadilan di setiap daerah bersama pemerintah daerah yang didukung oleh  seluruh rakyat.
Tidak melulu bersikap menyalahkan pemerintah yang oleh sebagian masyarakat dianggap sangat lemah di dalam pemberantasan korupsi.
Artinya, dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah dan lembaga-lembaga hukum serta pengadilan di daerah harus terpanggil untuk menjawab amanah undang-undang tersebut tanpa harus menunggu komando dari pimpinan nasional.
Maksudnya, pemberantasan korupsi dalam segala ukurannya di daerah harus  digalakkan untuk menghindari tudingan bahwa desentralisasi  kekuasaan dari pusat ke daerah hanyalah resentralisasi kekuasaan  atau pemusatan kembali kekuasaan di daerah-daerah.
Dengan demikian, desentralisasi dapat dipandang atau dituding juga sebagai desentralisasi kejahatan korupsi melalui resentralisasi kekuasaan di daerah-daerah.
Seakan-akan otonomi daerah membuka peluang bagi terjadinya korupsi di daerah secara otonom bersamaan dengan proses resentralisasi kekuasaan di daerah.
Bagaimanapun, justru otonomi daerah harus dijadikan kekuatan dan kehormatan daerah untuk dapat membangun pemerintahan dan masyarakat yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, terutama bersih dari kejahatan korupsi.
Jika setiap daerah dipimpin oleh para penyelenggara pemerintahan yang bersih dan yang memimpin,  mengayomi, melayani, serta mengabdi masyarakat yang bersih, maka secara desentralistik dan sekaligus secara nasional kejahatan  korupsi dapat diminimalisir, kalau memang tidak yakin diberantas.
Namun, sebaliknya, jika korupsi semakin merajalela dan tak bisa  diberantas di daerah-daerah, maka secara nasional kejahatan  korupsi akan semakin menjadi wabah penghancur eksistensi bangsa. 
Itu yang tidak kita inginkan dan karenanya semua pihak, termasuk media pun sekarang terus dalam posisi mengontrol, mengawasi dan mengawal itu semua agar berjalan pada jalurnya.



Oleh :
Faisal Ahmad Fani - Universitas Airlangga